watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGALAMANKU DISMU

Waktu aku masih sekolah di sebuah SMU di
Bantul aku mempunyai seorang teman. Bisa
dikatakan teman dekat. Namanya Evi. Usianya 17
tahun. Dia keturunan Cina sehingga kulitnya
kuning langsat. Tingginya sekitar 156 cm dan
beratnya sekitar 48 kg. Rambutnya lurus
panjang dan berwarna kecoklatan. Dia pindahan
dari kota lain waktu permulaan kelas tiga. Aku
dan dia saling menyukai. Meskipun ada
perbedaan warna kulit. Kulitku sendiri sawo
matang.
Suatu hari menjelang EBTA lokal dia minta
sesuatu yang juga ada dipikiranku. Dia minta
dicium. Akhirnya kami berdua sepakat
melakukannya setelah pulang sekolah. Di salah
satu kamar mandi sekolah. Setelah keadaan
sekolah sepi kami berdua segera masuk ke
kamar mandi. Kebetulan kamar mandi di
sekolahku tidak membedakan antara cowok dan
cewek.
Kami berdua berhadap-hadapan. Kami sama-
sama ragu untuk memulai. Entah siapa yang
memulai, tahu-tahu kami berdua sudah
berciuman. Lidah kami berdua saling menjilat.
Matanya terpejam.
Tanganku mencoba meremas payudaranya
yang berukuran 38 yang masih tertutup pakaian
seragam sekolah. Kuremas payudara kanannya.
Ciuman kami terlepas.
"Ooohh.." Desah Evi.
Tangannya turun ke bawah mau membuka
retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum.
Tiba-tiba.
"Apa-apaan kalian." Bentak seseorang.
Kami berdua terkejut. Di pintu yang terbuka
terdapat salah seorang guru BP yang sangat
ditakuti. Namanya Bu Heydi. Tanganku
menghentikan remasan pada payudara kanan
Evi. Sementara tangan Evi masih di celanaku.
"Kalian berdua ikut aku ke kantor." Kata Bu Heydi
sambil berjalan keluar kamar mandi.
Kami berdua mengikutinya. Tangan Evi
memegang tanganku. Dia kelihatan ketakutan.
Aku sendiri juga takut. Takut hal ini akan
disebarluaskan.
Kami bertiga telah sampai di ruang BP.
Dikuncinya pintu ruangan itu. Kami berdua
disuruh duduk di kursi sofa. Begitu duduk Evi
dengan setengah menangis berkata.
"Tolong bu. Jangan bilang siapa-siapa."
"Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan
tutup mulut. Tapi ada syaratnya." Kata Bu Heydi
yang duduk di depan meja kerjanya.
"Apa syaratnya, bu?" tanyaku.
"Saya bersedia memberi uang kepada ibu." Kata
Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku.
"Aku nggak butuh uang."
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya.
"Aku butuh kamu." Katanya sambil menunjukku.
Kali ini suaranya agak lembut.
"Apa yang bisa saya bantu?"
"Aku butuh tubuhmu."
"Maksudnya?"
"Aku minta dilayani."
Aku dan juga Evi setengah kaget. Aku tidak
mengira Bu Heydi mengajukan syarat yang
sangat tidak mungkin kulakukan. Aku hanya
diam. Aku tahu Bu Heydi yang berusia 47 tahun
adalah seorang janda. Jadi wajar saja dia minta
dilayani.
"Bagaimana?" Kata Bu Heydi sambil melepas
kemejanya. Sehingga dia tinggal memakai baju
dalam yang putih tipis memperlihatkan branya
yang berwarna hitam. Tampak juga sebagian
kulit sawo matangnya pada tubuh dengan tinggi
sekitar 156 cm dan berat sekitar 53 kg.
"Jangan, bu. Syarat yang lain saja." Tolakku
sambil tetap memegang tangan Evi.
"Ibu nggak punya syarat lain selain itu."
"Jangan, bu." Tolakku sekali lagi.
"Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan
kalian besok." Kata Bu Heydi agak marah.
Aku dan Evi berpandangan. Kembali Bu Heydi
berkata.
"Daripada bercinta dengan orang yang lain
warna kulitnya, lebih baik dengan.."
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah
disela oleh Evi.
"Tolong, bu. Jangan sebut-sebut warna kulit.
Aku rela. Terserah ibu mau lakukan apa
terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-
sebut warna kulit." Kata Evi dengan nada keras
dan melepaskan pegangan tanganku.
Bu Heydi tertawa sambil berdiri menghampiriku.
Dia jongkok di depan tempat aku duduk. Dia
meremas penisku yang masih tidur. Remasan
itu membuat penisku setengah tegang.
Sementara Evi berdiri. Dia berjalan mau keluar
dari ruangan itu.
"Eh. Jangan pergi dulu." Cegah Bu Heydi sambil
tetap memegang penisku. Kemudian
sambungnya lagi.
"Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini,
kamu boleh melakukannya sepuasnya."
Kelihatannya Evi setuju. Dia kembali duduk.
Tetapi duduk di kursi sofa yang berada di
depanku yang dibatasi oleh meja. Sementara
meja itu telah digeser Bu Heydi untuk
berjongkok.
Setelah melihat Evi duduk, kembali Bu Heydi
meremas penisku. Kali ini penisku sudah hampir
tegang. Dibukanya celanaku. Diturunkan ke
bawah sedikit termasuk celana dalamku. Penisku
sudah muncul dihadapan Bu Heydi dengan
keadaan tegang sepenuhnya. Dipegangnya
penisku dan langsung dimasukkan ke mulutnya.
Dikeluarmasukkan penisku yang panjangnya 15
cm. Tanganku hanya memegang rambut
hitamnya yang lurus potong pendek sebahu ciri
khas BP. Mataku setengah terpejam menikmati
kuluman Bu Heydi terhadap penisku.
Sekarang kepala penisku dijilatinya sambil
melepas baju dalam yang masih dipakainya.
Kemudian dipegangnya lagi penisku dan
dimasukkan kembali ke mulutnya. Tangannya
juga membelai buah pelirku. Penisku dikeluarkan
dari mulutnya dan disentuhkan ke lehernya
sementara lidahnya menjilati pinggangku. Aku
beranikan membuka ikatan bra yang dipakai Bu
Heydi. Perlahan-lahan kulepas bra itu. Sedangkan
Bu Heydi menjilati buah pelirku.
Beberapa saat kemudian digesek-gesekkan
diantara kedua payudara Bu Heydi yang
berukuran 34. Pada saat itu kulihat Evi sedang
melakukan masturbasi. Baju seragam
sekolahnya setengah terbuka dan dia meremas
payudara kanannya yang masih ditutupi kaos
dalam dan bra. Bu Heydi kembali menjilati kepala
penisku. Kudorong kepalanya supaya penisku
masuk ke mulutnya. Kembali penisku
keluarmasuk masuk mulut Bu Heydi. Sambil
kedua tangannya membelai-belai buah pelirku.
Setelah puas menikmati penisku, dia berdiri
menyorongkan payudara kirinya ke mulutku.
Kujilati payudara kirinya itu. Bu Heydi rupanya
juga melihat Evi bermasturbasi. Dia
meninggalkanku dan menghampiri Evi yang
masih asyik dengan remasan pada payudara
kanannya.
"Boleh ibu bantu." Tawar Bu Heydi.
Evi menghentikan remasannya dan hanya diam.
Dan tanpa persetujuan Evi dibukanya dengan
cepat seluruh pakaian seragam sekolah yang
dipakai Evi termasuk kaos dalam dan bra. Mereka
berdua sama-sama setengah telanjang.
Dibimbingnya Evi untuk berdiri untuk
menempelkan kedua payudaranya ke kedua
payudara Evi.
"Ooouhh.." Mereka berdua sama-sama
mendesah.
Bu Heydi lalu memegang kedua payudara Evi
sedangkan Evi mendorong tubuh Bu Heydi pada
kedua lengannya. Aku kira Evi yang mempunyai
tato bergambar bunga mawar kecil di atas
pusarnya akan menolak ajakan Bu Heydi.
Ternyata tidak. Evi bahkan melepas semua
pakaian yang tersisa di tubuhnya yang diikuti
oleh Bu Heydi yang juga dengan cepat melepas
semua pakaiannya. Keduanya berdiri berhadap-
hadapan dan saling tersenyum. Aku sendiri
ketika mereka melepaskan semua pakaian juga
ikut melepas semua pakaianku sambil duduk.
Aku ingin menghampiri mereka yang kemudian
dihalang-halangi oleh Bu Heydi.
"Biarkan aku menikmati tubuhnya sendirian."
Kata Bu Heydi sambil berjalan ke belakang Evi.
Dari belakang diciumnya bibir Evi yang tangan
kanannya memegang leher belakang Bu Heydi.
Tangan kiri Bu Heydi dari belakang meremas
payudara kiri Evi. Tangan kiri Evi menjepit tangan
kiri Bu Heydi di bawah ketiaknya sambil
memegang tangan kanan Bu Heydi yang
membelai vaginanya.
Lalu Evi membalik badannya dan dengan
membungkuk dihisapnya kedua payudara Bu
Heydi bergantian.
"Uuughh.." Desah Bu Heydi.
Kedua tangannya memegang pinggang Bu
Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas sambil dia
sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung
saja dibukanya vagina Evi dengan kedua
tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas
kursi sofa untuk mempermudah terbukanya
vaginanya. Bu Heydi lalu menjilat vagina Evi dan
menghisapnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di
kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan
menghisap kedua payudara Evi bergantian.
"Uuughh.." Desah Evi.
Mulutnya turun ke bawah dan dihisapnya
kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi
meremas rambut Bu Heydi yang semakin
bernafsu dalam menghisap vagina Evi.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi kemudian menghentikan
permainannya. Dia lalu duduk di kursi sofa
dengan kaki kanannya tetap dibawah. Dengan
isyarat tangan dipanggilnya Evi yang masih
duduk sambil tangannya memegang vaginanya
yang sudah basah. Dihampirinya Bu Heydi.
Jempolnya basah karena cairan yang keluar dari
vaginanya. Diarahkannya ke mulut Bu Heydi
yang kemudian menghisap jempol itu.
Lalu Evi duduk di antara kedua kaki Bu Heydi.
Dari belakang Bu Heydi memeluk Evi sambil
mencium bibir Evi. Tangan kanannya membelai
vagina Evi dan jari tengah dan telunjuknya
dimasukkan ke vagina Evi. Kepala Evi otomatis
mendongak ke atas yang membuat Bu Heydi
menjilati leher Evi. Tangan kirinya meremas
kedua payudara Evi bergantian. Sedangkan
tangan kanan Evi memegang tangan kanan Bu
Heydi untuk mempercepat kocokan pada
vaginanya.
"Ooohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
Aku tetap duduk melihat permainan Bu Heydi
dengan Evi yang memanas. Aku hanya bisa
meremas-remas penisku sendiri yang tegang.
Kelihatannya Evi sudah mencapai orgasme. Bu
Heydi mengeluarkan kedua jarinya dari vagina
Evi dan memeluknya. Aku ingin menghampiri
mereka lagi. Tapi.
"Aku ingin lagi, bu." Kata Evi pelan.
Aku urungkan menghampiri mereka yang telah
memulai kembali permainannya yang semakin
memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang
sedang dihisap vaginanya oleh Bu Heydi. Evi
tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia
terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja
menghisap vagina Evi dengan lidahnya sambil
tangan kirinya membelai paha kiri Evi.
"Aaaghh..oohh..eehmm.." Desah Evi.
Setelah beberapa lama Evi mencapai orgasme.
Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh Bu Heydi
dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi
membuka vaginanya dan menempelkan
kelentitnya ke puting payudara kanan Evi.
"Aaahh.." Mereka berdua sama-sama mendesah.
Gairah Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas
payudara kanannya sendiri sementara tangan
kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi
melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki
kirinya ke kursi sofa. Evi yang berada tepat di
bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi
dan menjilatinya.
"Eeehmm.." Desah Bu Heydi.
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu
Heydi untuk menghisap dengan lidahnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.
Akhirnya Bu Heydi mencapai orgasme dan dia
terjatuh tertelungkup di sofa dengan kaki tetap di
bawah. Tetapi Evi belum puas. Puting payudara
kirinya di tempelkan di lubang pantat Bu Heydi.
Kemudian dari belakang dihisapnya lagi vagina
Bu Heydi dengan lidahnya.
"Aaahh..aaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.
Sebagai puncak permainan mereka, Evi
membalikkan tubuh Bu Heydi dan mengangkat
kakinya ke atas kursi sofa. Mereka bermain
dalam posisi 69 selama beberapa menit.
Aku semakin asyik saja dengan penisku. Tidak
saja meremas-remas penisku. Juga kukocok
penisku. Aku tidak tahu ketika mereka berdua
telah mendatangi aku yang bersandar ke meja.
Bu Heydi mengambil kursi kayu. Sambil duduk
dia memegang penisku dan memasukkan ke
mulutnya. Evi ingin menciumku. Tetapi
kudaratkan bibirku ke payudara kanannya.
"Oooughh.."
Kulepaskan hisapan pada payudara kanannya.
Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku.
Tangan kanannya ikut memegang penisku yang
keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan kananku
meremas pantat kirinya yang membuat
kepalanya mendongak ke atas. Aku dapat
dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua
payudaranya.
"Eeehmm..eehmm.." Desah Evi.
Kutambah dengan remasan tangan kiriku yang
meremas pantat kanannya. Penisku sudah tidak
lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari
rangkulan Evi. Evi kemudian duduk di kursi kayu.
Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua
berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki
Bu Heydi, dari bawah kuhisap vagina Bu Heydi
dengan lidahku sementara mereka tetap
berciuman.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi disela-sela
ciumannya.
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu
Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya
ke vagina Evi.
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi
melepaskan ciumannya dan berkata.
"Masukkan." Katanya sambil mencium Evi
kembali.
Dari belakang kumasukkan pelan-pelan penisku
ke vagina Bu Heydi.
Kulihat tangan kanan Evi memegang paha kiri Bu
Heydi. Evi juga telah berdiri dari kursinya. Bu
Heydi menjilati leher Evi sampai ke kedua
payudara Evi. Tangan kirinya memegang erat
tangan kanan Evi. Penisku keluarmasuk vagina
Bu Heydi dari belakang sementara Bu Heydi dan
Evi tetap berciuman sambil menempelkan kedua
payudara mereka. Kedua tangan mereka saling
meremas kedua paha. Kurasakan maniku mau
keluar.
"Maaf, bu. Mau keluar." Kataku pelan.
"Keluarkan saja di dalam." Jawab Bu Heydi
sambil mendesah disela-sela ciumannya.
Akhirnya kukeluarkan maniku di vagina Bu Heydi
yang juga basah. Bu Heydi kemudian
mendorong tubuhku. Kukeluarkan penisku dari
vagina Bu Heydi dan aku langsung jatuh
terduduk. Aku duduk bersandar ke tembok
dengan kakiku kuluruskan. Bu Heydi juga
melepaskan ciumannya pada Evi. Dia duduk di
kursi sofa.
Evi menghampiriku. Aku berjalan dengan dua
lututku juga maju mendekatinya. Kuhisap
payudara kiri Evi. Sedangkan payudara kanan Evi
kuremas.
"Oooughh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi juga berdiri dan menggesekkan kedua
payudaranya ke punggungku sambil kedua
tangannya membelai bagian depan tubuhku.
Kubalikkan tubuhku sambil berdiri. Kubimbing
Bu Heydi untuk duduk di kursi sofa. Ingin sekali
kumasukkan penisku dari depan. Tapi Evi
menarikku ke belakang. Dia langsung menghisap
vagina Bu Heydi dengan lidahnya dengan
bertumpu pada kedua tangannya dan lututnya.
Dia juga berkata kepadaku.
"Masuki aku." Kata Evi yang menghentikan
hisapan pada vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku.
"Aaaghh.." Desah Evi.
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi
dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata
lagi.
"Keluarkan. Nggak enak."
Terpaksa kukeluarkan lagi penisku. Evi
membalikkan tubuhnya dan mendorongku
untuk duduk di kursi kayu. Aku duduk di kursi
kayu. Evi kemudian mencoba duduk di
pangkuanku. Dia meraba-raba ke belakang
mencari penisku. Aku tahu maksudnya. Pelan-
pelan kumasukkan penisku ke vagina Evi.
Kurasakan vagina Evi yang basah.
"Aaaghh.." Desah Evi.
Bu Heydi juga bangkit dari kursi sofa. Dari
samping tangan kanannya membelai vagina Evi.
Payudara kirinya menempel pada payudara
kanan Evi. lalu dipegangnya payudara kiri Evi dan
ditempelkan ke payudara kanannya. Kedua
payudara mereka menempel dan bergesekan
seiring dengan Evi yang menaikturunkan
pantatnya supaya penisku keluar masuk.
Kuangkat paha kanan Bu Heydi. Evi
menyambutnya dengan belaian tangan kiri pada
paha kanan Bu Heydi.
"Ooouhh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Ooouhh.." Desah Bu Heydi.
Kemudian Bu Heydi turun ke bawah. Dihisapnya
vagina Evi yang masih dimasuki penisku.
Kuangkat pantat Evi dan akupun mencoba
berdiri. Aku berhasil berdiri dan kulihat kaki kiri
Evi diangkat ke atas meja kecil. Penisku dipegang
oleh Bu Heydi sementara kepala penisku masih
berada di vagina Evi. Dikeluarkannya penisku
sambil Bu Heydi menjilati cairan yang keluar dari
vagina Evi.
Aku masih berdiri sambil membersihkan
penisku. Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan
tangannya menarik Evi untuk melakukan posisi
69. Ketika mereka melakukan posisi itu
kukeluarmasukkan penisku ke vagina Evi.
"Aaahh..oouhh..Jangan. Jangan." Teriak Evi
berulang-ulang.
Kukeluarkan penisku sambil berdiri. Evi juga
berdiri. Evi menghampiriku dan dibimbingnya
aku untuk telentang dilantai disamping Bu Heydi
yang sudah duduk juga dilantai. Evi tengkurap di
atas tubuhku sambil mencoba supaya penisku
masuk vaginanya. Bu Heydi membantu dari
belakang. Dimasukkannya penisku ke vagina Evi
sambil lidahnya menjilati pantat Evi. Kuangkat
kepalaku untuk menghisap kedua payudara Evi
yang bergoyang seiring dengan pantatnya yang
dinaikturunkan. Aku hisap payudara kanannya.
Bu Heydi dari belakang menempelkan kedua
payudaranya ke punggung Evi. Tubuhnya ikut
membantu mendorong tubuh Evi yang
dinaikturunkan supaya penisku keluarmasuk
vagina Evi. Tangan kirinya meremas payudara
kiri Evi.
"Aaahh..oouhh..oohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Aku mau keluar." Kataku sambil berteriak
kenikmatan.
"Jangan keluarkan di dalam." Kata Evi sambil
memundurkan tubuhnya ke belakang.
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi
langsung melentangkan tubuhnya di lantai
sambil berkata kepadaku.
"Keluarkan di sini." Kata Evi sambil memegang
kedua payudaranya.
Kukangkangkan kakiku yang setengah berdiri
bertumpu dengan kedua lututku tepat di atas
kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua
payudara Evi yang langsung dijilati Bu Heydi.
"Eeehmm.." Desah Evi.
Bu Heydi juga menjilati kepala penisku.
Sedangkan buah pelirku dijilati oleh Evi. Aku lalu
pindah ke samping kanan Evi. Kugesek-gesekkan
penisku yang masih keluar mani ke kedua
payudara Evi bergantian. Juga ke belahan kedua
payudara Evi. Akhirnya kujatuhkan tubuhku di
samping kanan Evi. Bu Heydi masih menjilati
kedua payudara Evi bergantian sambil sesekali
membagi maniku dengan lidahnya ke bibir Evi.
Akhirnya Bu Heydi juga menjatuhkan tubuhnya
di samping kiri Evi.
Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan
tubuh di kamar mandi yang ada di dalam ruang
BP, kami bertiga pulang ke rumah masing-
masing.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/880
U-ON

inc Powered by Xtgem.com